Roger Federer is Back. Diusianya yang ke 30, saya tidak pernah meragukan kemampuan Federer untuk merengkuh kembali gelar sebagai petenis nomor satu dunia setelah sempat terlepas selama dua tahun terakhir ini. Federer membuktikan bahwa dirinya masih pantas bersaing diposisi puncak tenis dengan dua seteru abadinya, Rafael Nadal dan Novak Djokovic.
Bermain di partai puncak di All England Club untuk kedelapan kalinya, petenis Swiss ini berhasil mempersembahkan gelar ketujuh kejuaraan tenis paling bergengsi sejagat, dan menjadi salah satu dari the two of magnifecent seven of Wimbledon bersama Pete Sampras, sekaligus mempertajam rekor perolehan gelar grand slam menjadi 17 kali. Di partai final, Federer memupus harapan tuan rumah Andy Murray untuk mengakhiri puasa gelar selama 76 tahun dengan skor 4-6 7-5 6-3 6-4.
Untuk keduakalinya dalam tiga laga final melawan Murray, Fedex memaksa petenis Inggris Raya ini berurai air mata, meski pertandingan kali ini sedikit berbeda dengan laga final lainnya, ya pertandingan untuk dinikmati.
Meski gagal memenuhi harapan publik yang amat besar yang disematkan di pundaknya, menurut saya Murray telah melakukan yang terbaik, namun lawan yang dihadapinya kali ini adalah yang terbaik yang pernah ada. Pertandingan babak final ini berlangsung dengan level yang tinggi, dan Federer hanya bermain dengan lebih baik. Pastinya akan ada banyak suara sumbang bernada kekecewaan yang dialamatkan kepada Murray, meski ini terlihat konyol, setidaknya untuk hari ini, karena masih ada banyak babak final lainnya untuk Murray di masa yang akan datang, setidaknya, ada banyak pelajaran yang dapat ia petik dari kekalahannya kali ini.
Federer telah kembali diusianya yang menjelang 'senja' bagi seorang petenis kaliber dunia. Sudah dua tahun sejak Australia Open 2010, ia harus puas menghuni posisi tiga besar tanpa gelar grandslam satupun. Dengan kemenangannya ini, akan membawanya menjadi petenis peringkat satu dunia, menggusur Djokovic. Ya, Federer telah menjawab keraguan banyak orang yang bertanya, mampukah ia berjaya lagi di turnamen mayor?
Dan saya rasa, Federer telah mengeliminasi keraguan-keraguan itu, sekaligus memberi peringatan yang eksplisit bagi para seterunya, Waspadalah di Olimpiade! Ya Federer telah mengatakan siap untuk merebut medali emas olimpiade yang akan digelar dua pekan lagi. Dan melihat hasil gemilangnya di Wimbledon, maka adalah hal yang sangat bodoh jika lawan berani main-main dengan kesiapannya untuk menjadi kampiun. Jadi tak heran jika arus persaingan di empat besar antara Federer, Nadal, Djokovic dan Murray akan menjadi kian sengit. Kemampuan teknik bermain pastinya tak perlu diragukan lagi, hanya siapa yang mental dan fisiknya paling siap, dialah yang akan keluar menjadi yang terbaik. We'll see!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar